Container Icon

Jangan Serahkan Anakmu Pada TV


* Rehat dari koreksi Mid Semester, mengunjungi anakku tercinta, upsss maksdnya blog :D
-----
Rabbit (kelinci)...
Yup…sebuah julukan yang cukup menarik perhatianku, aku rasa banyak para ibu-ibu rumah tangga yang mendapat julukan itu.
Rabbit adalah tokoh pada buku cerita anak-anak yang terkenal itu “Alice in Wonderland”. Mr.Rabbit dalam cerita itu selalu berjalan cepat-cepat sambil berkata, “oh…I`m late….I`m late” ( oh…aku terlambat ).
Mirip dengan suasana di pagi hari dalam sebuah kehidupan rumah tangga bernama keluarga. Biasanya ibu-ibu rumah tangga itu dipagi hari sibuk hilir mudik dengan sangat bergegas mengurus ini-itu dirumahnya.

Dalam kondisi seperti itu akan sangat menyenangkan sekali, bila anak-anak tidak rewel. Anak rewel akan menyita perhatian hingga urusan si ibu bisa terbengkalai.
Tidak dapat dinafikan, kebanyakan dari ibu-ibu memilih TV sebagai obat paling manjur untuk ‘membungkam” kerewelan anak di pagi hari.
Kini TV menjadi sahabat anak-anak sejak subuh, sejak pukul 5 pagi sudah ada kartun yang diputar dan begitulah susul-menyusul anak-anak dapat menikmati sajian acara anak di berbagai stasiun. Acara-acara itu menjadi teman setia anak yang membuat anak mau cepat-cepat mandi agar dapat menikmati sambil sarapan atau ganti baju sambil menunggu waktu berangkat sekolah.
Bahkan ada juga beberapa keluarga, acara TV justru dijadikan pemikat jitu untuk membangunkan anak.

Apakah anda termasuk pada ibu yang menyerahkan anaknya ke TV?
Ibu! Dengan menyuruh anak menonton TV, satu masalah memang selesai, mereka tidak lagi menghambat kesibukan orangtua, namun ada masalah lain yang timbul..
Ketika kita semua sangat sibuk sementara anak asyik menonton TV, biasanya kita tak perduli acara apa yang ditontonnya, yang penting anak anteng, tenang.
Disinilah letak masalahnya, kita tidak tahu persis apa yang dilihat anak. Kita tidak tahu muatan TV itu sehat atau tidak, mengandung muatan yang menakutkan anak atau tidak, bermuatan dewasa atau tidak, dan seterusnya.

Karena sibuk, kita tidak mendampingi anak menonton. Ketika ia menikmati TV sendirian, ia akan menelan semua apa yang dilihat dan didengarnya dari TV. Jika yang disajikan sehat, Alhamdulillah, anak akan menelan sajian bergizi, jika tidak, maka sampahlah yang ditelan anak. Dan itu menyedihkan.

Namun, kalo toh sajian acara anak itu memang baik untuk anak (misal filem kartun yang relatif bersih untuk anak), anak tak sepenuhnya dapat terhindar dari muatan yang tak sehat untuknya. Kemungkinan ada iklan yang tidak sehat untuk anak, baik itu iklan produk atau iklan promo acara di stasiun TV yang bersangkutan.

TV memang sangat potensial memikat anak. Ini tidak diragukan lagi, tapi benarkah TV adalah satu-satunya pemikat bagi anak? Jawabannya TIDAK
Ada banyak hal lain di pagi hari yang bisa dilakukan anak yang membuatnya asyik, tak mengganggu kesibukan orang tua, yang harus dilakukan orang tua hanya satu: merancang kegiatan itu apa. 
Dan itu bisa sesuatu yang tidak sulit-sulit amat. Misalnya, memberinya majalah anak, memberinya kertas lipat untuk membuat origami, memberi pensil warna atau crayon dan kertas gambar, memberi puzzle, memberi karton berkas air mineral untuk membuat prakarya, memberi batu bersih untuk dicat, menonton film anak (yang sebelumnya sudah diseleksi) di VCD atau DVD dll..

Yang diperlukan orangtua sebelumnya adalah menyisihkan waktu merancang kegiatan ini untuk kurun waktu tertentu, misal menyiapkan kegiatan untuk 3 hari, seminggu, dll.
Makin lama, jika anak tak dibiasakan “melarikan diri” ke TV, mereka juga makin pintar untuk mencari kegiatan sendiri yang berguna untuk dirinya sendiri. Jadi mereka juga menjadi kreatif.
Yuk, mulai sekarang jadikan TV bukan teman setia anak satu-satunya di pagi hari
Berani mencoba?!! demi sibuah hati anda :)

0 komentar :

Posting Komentar