Container Icon

Mensyukuri Kehamilan

 Setiap pasangan suami istri tentu mendamba kehadiran anak dalam hidup mereka. Tapi kehamilan bukan peristiwa yang bisa diatur sesuai keinginan manusia. Tidak sedikit pasangan suami istri yang sama-sama muda, sehat, siap menanti kehadiran anak dan aktif secara seksual tapi nyatanya sang istri tak kunjung dianugerahi kehamilan. ada pula pasangan suami istri yang hampir setiap tahun, sang istri hamil, hingga ada istilah "susun paku".


  Kehamilan, betapapun bisa diupayakan, dengan program bayi tabung misalnya, tidak pernah memiliki jaminan keberhasilan kecuali semata-mata atas kehendak Alloh saja.
Kehendak Alloh itulah satu-satunya penentu sehingga ketika ibrahim as dan zakaria as memasrahkan diri mereka sepenuh keikhlasan kepada Robbnya untuk memperoleh keturunan.




    Ketika hamil, kita akan merasakan Lemah yang bertambah Lemah.
Kehamilan juga bukan peristiwa sederhana dan mudah dijalani. Al-qur`an sendiri menyatakan bahwa seorang ibu hamil adalah sesosok manusia yang tengah menjalani kehidupan yang lemah yang bertambah-tambah.
Lemah yang pertama,
hamilnya saja secara fisik sudah berat karena ada janin yang bertambah besar, ditambah deretan keluhan kehamilan pusing, mual, muntah, nyeri punggung, pinggang, sulit tidur, sesak nafas, tubuh melebar hingga sulit bergerak, kaki bengkak hingga sulit berjalan, sensitif terhadap rasa, bau dan cahaya serta masih banyak lagi (bukan karena "bumil" manjaloh say jadi banyak ngeluh ;) )


Lemah yang kedua,
secara psikologis, ibu menjadi punya tanggung jawab lebih berat, yaitu terhadap janin yang dikandungnya.
tanggung jawab menyehatkan dengan makanan, dengan pemeriksaan, dengan olahraga, juga tanggungjawab mendidik si bayi meski masih didalam kandungan,
padahal...
kondisi emosi pada kebanyakan ibu hamil juga berubah..
karena perubahan hormon, karena lelah atau karena beratnya permasalahan kehamilan, sehingga ibu hamil menjadi lebih sensitif perasaannya, serta mudah berubah emosinya, mudah terenyuh, mudah sedih, mudah tersinggung, meski lantas akan muda riang kembali.


Lemah yang ketiga,
ikut berkaitan dengan berat fisik dan psikologi, yaitu kondisi ruhiyah ibu hamil juga terpengaruhi.
tanpa menguatkan diri dengan tekat yang besar, rasa malas beribadah bisa muncul, juga keinginan memperturutkan emosi yang naik turun atau memunculkan kesal, sedih, marah, atau berjuta keluhan.

Tapi meskipun demikian, untuk kita para ibu hamil
kita harus Ikhlas, syukur, sabar.....
meski telah dinyatakan Quran bahwa ibu hamil itu tengah menjalani kehidupan yang lemah dan bertambah berat, bukan berarti ayat itu menjadi sebuah legimitasi buat kita para ibu hamil untuk terpuruk dalam konteks beratnya saja.

Kehamilan dan melahirkan memiliki keutamaan-keutamaan yang sangat banyak.
so..
yuk, kita jadikan kehamilan sebagai sesuatu yang istimewa :)

Ahhh..... Bahagianya



Jauh darimu, membuatku sedikit uring-uringan...
ditambah selama 12 hari aku tiada dapat menghubungimu atas kepergianmu kali ini..
ditambah lagi, satu hari sebelum keberangkatanmu, aku sedikit membuatmu emosi
lagi-lagi, karena sikap kekanak-kanakanku...

aku???
apakah masih sulit engkau atur?? maafkanlah aku...

tapi hari ini aku bahagia sekali....
engkau telah pulang...
ahh benar kiranya, kata pujangga
" cinta datang tiba-tiba"
" tanpa perduli siapa"
" dan darimana asalnya" 


" cinta takpernah memilih"
" walau berkeping-keping pedih"
" tetap tersenyum tanpa aroma sedih"


"karna cinta yang sebenarnya"
"menerima apa adanya"
"karena dalam cinta, tiada berlaku sebab dan syarat"

_kan Kujaga Amanahmu_






Seri : Manajemen Keluarga _Belajar dari Semut, Lebah dan Bangunan_

     

       Semut dan lebah hanyalah binatang yang diciptakan untuk manusia.
kita manusia jelas harus lebih sempurna dibandingkan mereka. namun, tak menutup kemungkinan bagi kita untuk belajar kehidupan dari mereka.
Bukankah itu sama artinya  kita belajar kepada sang pencipta kehidupan itu sendiri???

Kalau semut saja bisa hidup dengan aturan yang lengkap, pembagian tugas yang rapi dan kerjasama yang indah, mengapa manusia tidak??

jika lebah saja memiliki kekompakan yang hebat dan memiliki prinsip hidup "berbuat" untuk makhluk lain, mengapa manusia tidak bisa??

begitu pula ibarat bangunan,
yang antara satu bagian dengan bagian lainnya saling menguatkan, tak ada yang boleh merasa lebih penting dan lebih berjasa dibanding yang lain.

jika keluarga bisa dibangun dengan filosofi fitrah alam seperti ini,
tentu akan memiliki kekuatan yang kokoh dan mampu menjadi bengkel pembentukan kepribadian unggul para generasi penerus bangsa.

_engkau inspirasiku, my husband_