Container Icon

Cinta dan Kasih Sayang

Mengasihi orang lain adalah langkah pertama dari perjalanan panjang masuk ke dalam diri. Perjalanan ke dalam diri memang tak mudah. Banyak orang menyerah ketika baru memulainya. Kesibukan sehari-hari sering menjadi alasan. Tapi, penyebab sebenarnya bukan itu. Persoalan sebenarnya adalah pintu hati kita yang tertutup, bahkan terkunci. Ini membuat telinga kita tak mendengar dan mata kita tak melihat. Kita tak akan pernah dapat memulai perjalanan sebelum menemukan kuncinya, yaitu ''cinta dan kasih Sayang.''

Tanpa adanya rasa cinta pada sesama, pintu-pintu gerbang menuju kesadaran yang terdalam tak akan pernah terbuka. kita belum beriman sebelum mampu menyayangi orang lain sebagaimana kita menyayangi diri kita sendiri.


Salah satu cara praktis untuk mengembangkan sikap cinta kasih adalah dengan mulai menyadari akan penderitaan. Sadar akan penderitaan -- entah itu penderitaan kita sendiri atau penderitaan orang lain -- akan membuat hati kita melunak.

Mari kita mulai dengan sebuah cerita. Di sebuah SD seorang guru bertanya pada murid-muridnya, ''Siapa yang sudah sarapan pagi ini?'' Kira-kira separo murid mengacungkan tangan. Guru itu kemudian bertanya kepada anak-anak yang tidak mengacungkan tangan, ''Mengapa kalian tidak sarapan?'' Sebagian menjawab tak sempat karena sudah terlambat. Sebagian lagi mengatakan belum merasa lapar, ataupun tak menyukai sarapan yang disajikan.

Semua memberikan jawaban senada kecuali satu anak. ''Karena,'' jawabnya, ''Sekarang bukan giliran saya.'' ''Bukan giliranmu?'' tanya sang guru. ''Apa maksudmu?'' ''Dalam keluarga kami ada empat anak,'' ujarnya, ''Tapi, ayah tak punya cukup uang untuk membeli makanan supaya tiap orang bisa sarapan setiap hari. Kami harus bergiliran dan hari ini bukan giliran saya.''

Apa yang kita rasakan ketika membaca kisah ini?
Orang-orang seperti ini ada di sekitar kita. Tapi, kadang-kadang kita tak bisa melihatnya karena mata kita tertutup. Yang sebenarnya tertutup adalah mata hati kita. Ini bisa terjadi karena hati kita dipenuhi oleh ego dan kepentingan kita sendiri. Kita terlalu banyak tertawa dan sibuk bergaul dengan orang-orang berpunya. Ini membuat hati kita tertutup.

Untuk menjalankan cinta kasih kita perlu memulai dengan mencintai diri kita, kemudian orang-orang terdekat kita. Lihatlah mereka dengan hati kita. Bukankah orang tua kita adalah orang yang rela mengorbankan hidupnya bagi kita? Bukankah pasangan kita adalah orang yang telah memilih menyerahkan hidupnya kepada kita? Bukankah anak-anak kita sangat mengagumi kita dan merindukan kebersamaan dengan kita? Bukankah pembantu kita adalah orang miskin yang mengabdikan hidupnya untuk melayani kita? Teruslah perluas dengan mengamati orang-orang di sekitar kita. Mereka semua memiliki penderitaan dan tantangan masing-masing.

Seorang bijak pernah mengatakan, ''Ketika kamu melihat dirimu tidak berbeda dari orang lain, ketika kamu merasakan apa yang mereka rasakan, lalu siapa yang bisa kamu sakiti?'' Inilah cara menumbuhkan cinta. Kita semua sama karena itu jangan pernah menilai orang dari penampilan fisiknya. Tubuh bukanlah diri kita yang sebenarnya tetapi hanya sekadar 'sangkutan' dari jiwa. Jiwa itulah esensi manusia yang sejati.

Tapi, merasakan baru merupakan permulaan cinta. Cinta yang sebenarnya haruslah diwujudkan dengan memberikan sesuatu kepada orang lain. Ukuran cinta adalah pemberian, sekecil apapun bentuknya. Ibu Theresa pernah mengatakan, ''Yang penting bukan seberapa besar yang kita perbuat, melainkan seberapa besar cinta kasih yang kita sertakan dalam perbuatan kita
---
Sumber:  oleh Arvan Pradiansyah penulis buku Life is Beautiful

0 komentar :

Posting Komentar